Ikutlah Yesus

Renungan

Injil hari ini menceritakan tentang Matius pemungut cukai dipanggil oleh Yesus: “ikutlah Aku”.
Dalam kisah ini Yesus tergerak hati oleh belaskasihan untuk menerima Matius sebagai orang yang layak mendapatkan keselamatan. Bagaimana dengan panggilan kita? Apakah kita sudah mengikuti Tuhan Yesus dalam kehidupan ini ? Kalimat mari ikutilah Aku mau mengatakan mari kita tanggalkan keegoan kita, keakuan kita; yang kita ikuti adalah Tuhan Yesus. Kalau kita mengikuti keakuanku berarti kita belum mengikuti Yesus. Yesus mengatakan “Aku menginginkan belaskasihan dan bukan persembahan.
Kalau kita mengikuti Yesus maka yg ada dalam diri kita adalah sikap belaskasih kepada org lain.
Dan “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar melainkan orang berdosa supaya bertobat”.
Kalau kita mengikuti Yesus maka kita hidup dalam belaskasih dan mengajak orang lain untuk bisa bertobat. Sebaliknya kalau kita hidup mengikuti keegoan/keakuan kita maka kita seperti orang-orang Farisi yang melihat dirinya lebih baik, lebih suci, lebih Kudus dan layak dari pemungut cukai.
Akhirnya yang ada adalah kesombongan, keangkuhan rohani. Keangkuhan rohani itu adalah tipu daya setan yang ditaruh dalam hati kita, yang kelihatan saja kita ini Kudus, suci padahal hati kita dikuasai oleh setan. Mari yang kita ikuti adalah Yesus yang membawa belaskasih. Kalau kita memandang orang secara negatif, suka menyudutkan, menyingkirkan, menjelek-jelekan orang lain, tidak mau bergaul dengan orang lain, jahat, sombong, merasa diri lebih baik dari orang lain, berarti kita masih mengikuti si setan bukan mengikuti Yesus. Mari kita memperbaiki hidup kita agar hidup kita berkenan kepada Tuhan.
Selamat pagi suster, bapak/ibu, OMK dan teman-teman semua.
Selamat beraktivitas Tuhan memberkati 🙏🙏🙏


Salam,


RD. Wilfridus Patrisius Nong Yodi